Disusun oleh:
Benediktus
Nama Koro Kaha 0203203210
Celtus Jabun 0203303210
Geraldine Andriani S. 0207810110
Heriardus Riu Bere 0204103210
Melkiades Eric Sanggaria 0204903210
Ujian Akhir Semester
Sejarah Agama Kristiani II
Prof. Dr. Eddy Kristiyanto, OFM
STF
Driyarkara 2011
Reformasi
adalah nama yang diberikan bagi revolusi dalam agama Kristen di Eropa pada abad
ke-16 yang disertai aspek politis, nasionalisme, kekacauan di bidang ekonomi,
kelemahan kepausan dan keadaan gereja Katolik Roma yang sangat memrihatinkan.Hal
tersebut bermula dalam bentuk gerakan untuk menuntut perbaikan dalam kondisi internal
Gereja Katolik Roma.1Reformasi dimulai ketika Martin Luther
menempelkan 95 dalil yang berisi pandangannya tentang doktrin kepercayaan
Gereja Katolik Roma pada pintu gereja Wittenberg pada 31 Oktober 1517.2
Nama
Protestan (dari protestatio =
sanggahan, bahasa Latin) berasal dari “protes” yang dilancarkan oleh pangeran-pangeran
Jermanyang mendukung reformasi. Mereka melawan keputusan mayoritas pada waktu
sidang dewan kekaisaran ke-2 di kota Speyer (1529), yang melarang meluasnya
reformasi. Kedua aliran pokoknya adalah Gereja Lutheran dan Gereja Calvinis.3
Reformasi
Protestan dapat dibedakan menjadi dua, yakni reformasi dalam arti sempit dan
reformasi dalam arti luas.Dalam arti sempit reformasi Protestan menunjuk pada
usaha Martin Luther (1483-1546) yang ingin membentuk kembali keadaan gereja
Katolik yang telah mengalami kemerosotan, agar menjadi lebih baik menurut
bentuk yang semestinya.Dalam arti luas reformasi mencakup gerakan-gerakan pembaharuan
dalam gereja Katolik sebelum Luther.Tokoh-tokohnya adalah John Wycliffe, John
Huss, Marcilus, William Ockham dan para humanis lainnya.
Gerakan
untuk menuntut perbaikan dalam tubuh Gereja Katolik Roma pada abad ke-14 di
Inggris dipimpin oleh John Wycliffe danpada abad ke-15 di Praha, Bohemia oleh
John Huss.Gerakan itu cepat meluas karena di satu pihak kepausan di Roma kehilangan
kewibawaan karena pembuangan Paus ke Avignon, Perancis Selatan
(1305-1377).Selain itu terjadi perpecahan besar antara gereja dan penguasa
negara yang berlangsung selama 50 tahun.Pergerakan itu dikobarkan oleh
timbulnya humanisme yang dijiwai Renaissance. Gerakan itu dipercepat dan
diperluas oleh penemuan mesin cetak – percetakanbuku.4
Pada
tahun 1520 Zwingli mulai mempropagandakan berbagai pembaharuan.Pada dasarnya
Zwingli berbeda pandangan dengan Luther.Menurut Luther bentuk-bentuk gereja
yang lama boleh dipakaiasal isinya berubah, sedangkan Zwingli menuju perubahan
yang total dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Pada
tahun 1536 Jean Calvin (1509-1564) memimpin gerakan reformasi dan mendirikan
Gereja Reformasi (Reformation Church)
di Geneva.Ia dianggap sebagai ulama reformasi terbesar. Ajaran Calvinis sangat
besar pengaruhnya sehingga di Perancis kaum Hugenot yang dikobarkan semangat Calvin
menentang kaum Katolik Roma yang jauh lebih besar jumlahnya, sehingga Henry IV terpaksa
mengeluarkan Undang-Undang Nantes (Edict
of Nantes) pada tahun1598.
Latar Belakang Reformasi Protestantisme
Ada
beberapa alasan munculnya gerakan reformasi protestantisme:
1. Nasionalismedan
Bangkitnya Negara-negara Nasional
Nasionalisme
yang dimaksudkan disini adalah tumbuhnya kesadaran sebagai nasion dari sejumlah
bangsa (yang berarti negara-negara) di benua Eropa.5 Adanya usaha
untuk melepaskan diri dari kekuasan yang menindas – kekuasanyang dimaksud
adalah penjualbelian suratindulgensi. Selain itu ada juga usaha penolakan
pemungutan pajak dalam rangka pembangunan Basilika St. Petrus di Roma serta mau
memperlihatkan otoritas dan otonomi.
Hal
ini berarti juga bahwa pemerintah lokal berkepentingan memungut pelbagai macam
pajak demi kepentingan dan tujuan kenegaraan. Dalam proses semacam ini kepausan
dipandang sebagai kekuaatan ekstranasional yang merintangi terbentuknya bangsa
dan negara. Sementara itu perpajakan yang digalakkan selama kurun waktu paus
menetap di Avignon (1305-1377) dianggap sebagai gandar yang diletakkan di atas
bahu negara-negara.Dalam arti tertentu pemberian pajak berarti pengakuan atas
supremasi kepausan terhadap negara-negara. Oleh karena itu, khususnya di Inggris
dan Jerman reformasi berkembang dalam terminologi nasionalistis dan menentang
pretensi-pretensi ekstra nasionalistis kepausan.6
2. Ketidakpuasan
dan Kekacauan di Bidang Ekonomi
Pada
kurun waktu reformasi, jumlah penduduk Eropa sekitar 65 hingga 80 juta jiwa.Sistem
ekonomi yang berlaku adalah kapitalisme.Kaum borjuis yang sering dianggap sebagai
pelaku ekonomi kapitalis berkembang di kota-kota.Kaum borjuis memegang kendali
paus dalam bidang usaha.Peraturan cenderung ke golongan penguasa sehingga
menyebabkan rakyat tidak sejahtera.Rakyat biasa hanya menjadi “sapi perah” dan
hanya memiliki kewajiban.Sistem ekonomi yang demikian membawa dampak negatif
bagi masyarakat. Selain itu, timbul ketidakpuasan dan kesenjangan dalam
masyarakat.7
3. Kelemahan
Kepausan
Terjadi
kelangkaan karakter dan spirit dalam tubuh gereja. Pemimpin-pemimpin gereja
mempunyai minat pada karya seni, sehingga banyak dana dihabiskan untuk
mewujudkan impiannya. Ada sinyalemen yang memperlihatkan bahwa sejak tahun 1300
suksesi dalam rangka kepausan mencapai ambang kejenuhan. Sejumlah peristiwa
membuktikan sinyalemen tersebut, misalnya masa kepausan di Avignon (1305-1377),
skisma besar gereja barat – ketikadalam kurun waktu yang sama gereja dipimpin
oleh tiga paus secara serentak (1378-1471), konsiliarisme (1409-1460),
gagasan-gagasan para reformator yang sangat berjasa – sepertiWycliffe dan Huss,
para paus yang berpola hidup borjuis dan ancaman penduniaan (1455-1503).8
Para
pemimpin gereja sibuk mengurus barang-barang atau karya seni. Mereka membiarkan
lewat begitu saja reformatio in capite et
membris (pembaruan dalam diri pimpinan dan anggota gereja) yang sudah
diserukan dalam konsili Konstanz (1414-1417) di Jerman. Lebih buruk lagi
kualitas dan moral para prelat dan hierarki dalam tata pemerintahan Kuria Roma.
Kemerosotan
moral para pemimpin gereja tidak dapat disangkal. Situasi semacam ini
menimbulkan sikap pemberontakan terhadap lembaga gereja yang dipimpin oleh
orang-orang yang tidak becus dan bermoral bejat.9
4. Keadaan
Gereja Roma yang Sangat Memrihatinkan
Kaum
klerus khususnya para pejabat tingginya (abas, prelat, Uskup, Kardinal dan
Paus) tidak peka terhadap keadaan masyarakat waktu itu.Mereka mengejar
kepentingan duniawi, memajukan kesenian dan sastra serta memikirkan sanak
saudara (nepotisme), korupsi dan
komersialisasi jabatan gerejani, membuat orang baik dan saleh pun hampir putus
asa.Banyak pejabat Gereja menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas rohani
mereka.Keadaan seperti ini sudah cukup lama terjadi.Dalam keadaan seperti ini,
muncullah para birokrat dan kanonik yang menguasai panggung Gereja. Mereka
lebih berminat pada disiplin dan tata tertib gerejawi ketimbang diskursus
teologis.10
Kritik Luther, Calvin dan Zwingli Terhadap Gereja
Katolik Roma
1.
Luther
Kritik
Luther pada waktu itu diarahkan pada dua hal dan mengandung dua unsur.Pertama,ia menolak anggapan seolah-olah
manusia dengan pertolongan sakramen-sakramen yang dilayankan oleh gereja dan
dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diperintahkan oleh gereja, dapat
menjadikan dirinya layak untuk menerima keselamatan.Menurut Luther manusia
adalah orang berdosa yang hanya melawan Allah.Oleh karena itu keselamatan
manusia adalah semata-mata kasih karunia Allah (sola gratia – hanyaoleh kasih karunia saja manusia diselamatkan),
sedangkan manusia tidak dapat berbuat apa-apa selain percaya (sola fide – hanyaoleh iman saja) untuk
mendapat bagian dalam keselamatan itu.
Kedua,ia
juga menolak pendapat bahwa gereja berhak menentukan tafsiran alkitab yang
benar, dengan mengukur tafsiran menurut tradisi gereja (yang terdiri atas
keputusan konsili-konsili dan para paus, tulisan para teolog dari gereja kuno,
yang disebut bapa-bapa gereja). Bukan tradisi yang mengukur Alkitab, melainkan
Alkitab yang mengukur tradisi dan segala sesuatu yang dikatakan dan dibuat oleh
gereja.Menurut Luther Alkitab adalah satu-satunya ukuran iman dan bersifat
mutlak (sola scriptura).
Pandangan-pandangan
yang dikemukakan Luther tidak diterima oleh paus karena ia mengurangi peranan
gereja sebagai lembaga yang mengantar manusia kepada keselamatan. Gereja –
yangdikepalai oleh paus sebagai wakil Kristus – dilihatsebagai syarat mutlak
menerima keselamatan, sebab gerejalah yang menyalurkan keselamatan melalui
sakramen-sakramen dan yang menetapkan ajaran yang benar.
Dengan
ditekankannya oleh Luther inisiatif Allah dalam menyelamatkan manusia, maka
seakan-akan etika diruntuhkan.Perbuatan baik (amal) yang ditugaskan oleh gereja
kepada orang-orang percaya guna menyiapkan mereka untuk menerima keselamatan,
tidak lagi merupakan syarat untuk memerolehnya.Walaupun demikian Luther tidak
melarang berbuat baik, malah mendorong orang-orang percaya untuk melakukan
perbuatan untuk berterima kasihkepada Allah karena keselamatan yang telah
dikaruniakanNya. Akan tetapi, ajaran tentang sola gratia dan sola fide
dilihat sebagai bahaya besar untuk tingkah laku manusia.11
2.
Zwingli
Zwingli
menentang upacara perjamuan kudus.Ia diyakinkan oleh Cornelis Hoen bahwa
perjamuan kudus harus diartikan secara kiasan atau lambang saja. Misalnya, Yesus
mengatakan “inilah tubuh-Ku”, maka
maksud Tuhan tak lain dari menyatakan bahwa roti itu adalah kiasan tubuh-Nya.
Ia juga menentang pemakaian patung-patung dan gambar-gambar di dalam gereja,
hal imam tidak beristri, kedudukan paus, hidup dalam biara dan menyokong keras
pendirian pertanggungjawaban pribadi atas perbuatan mengenai kepercayaan.12
3.
Calvin
Pandangan
Calvin agak berbeda dengan Luther. Calvin menekankan usaha manusia untuk sampai
pada keselamatan. Menurutnyakitab Injil adalah satu-satunya sumber hukum Tuhan
dan kewajiban umat manusia menafsirkannya dan memelihara ketertiban dunia.Ia
mengatakan bahwa penebusan dosa hanya untuk orang yang dipilih oleh Tuhan,
artinya hanya dengan kehendak Tuhan orang dapat dihukum atau diselamatkan;
karunia Tuhan tidak dapat diperoleh dengan pekerjaan baik. Dia juga sangat
menjunjung tinggi gagasan “Soli Deo
Gloria”atau kedaulatan mutlak Allah.Dia mengatakan bahwa keselamatan
manusia ditentukan oleh Allah. Oleh karena itu Calvin mengembangkan ajaran
tentang takdir atau kepastian keselamatan orang-orang yang terpilih.13
Tanggapan Gereja Katolik Roma Terhadap Reformasi
Ajaran
Luther diterima oleh cukup banyak orang dan di mana-mana timbul
kelompok-kelompok yang hidup sesuai dengan ajaran reformasi.Oleh karena
ituGereja Katolik Rorna mencari jawaban terhadap tantangan ini.Jawaban ini
disebut Kontrareformasiatau khusus di
kalangan ahli-ahli sejarah Gereja Katolik Roma disebutReformasi Katolik. Kedua nama ini sebenarnya tepat. Pada satu
pihak, Gereja Katolik Roma melawan ajaran Protestan, sehingga jawaban ini
bersifat anti dan kontra Reformasi. Akan tetapi, di samping itu juga diusahakan
memperbaiki atau mereformasi kehidupan dan ajaran Gereja Katolik Roma.14
Jawaban Gereja Katolik Roma adalah:
1. Didirikan
ordo rohani yang baru, yaitu ordo Yesuit (Societas
Jesu, Serikat Yesus) pada tahun 1540.15Anggota-anggotanya
merupakan kader atau pelopor kontrareformasi. Mereka menjadi pemimpin-pemimpin
Gereja Katolik Roma yang memberikan semangat baru. Mereka sangat memerhatikan
perkembangan ilmu teologi yang dimulai oleh Renaissance.Dengan demikian mereka
menjadi mampu untuk melawan ajaran Protestan dalam tulisan-tulisan mereka.
Selain itu, ordo Yesuit mulai menyebarkan imam Katolik ke daerah-daerah di luar
Eropa dan anggota-anggotanya menjadi misionaris.
2. Konsili
Trente (1545-1563) dipanggil untuk berkumpul dengan dua tujuan, yaitu
menetapkan kembali ajaran Gereja Katolik Roma secara anti-Protestan, artinya
sambil menolak ajaran Reformasi dan menetapkan apa yang harus dibuat untuk
memperbaiki serta mereformasi Gereja Katolik Roma. Mengenai ajaran,
pertama-tama diputuskan bahwa membuat amal-amal tetap perlu untuk menerima
keselamatan sebagai kasih karunia Allah, sedangkan ajaran reformasi mengenai sola gratia dan sola fide ditolak.
Tanggapan Kritis
Pada
dasarnya Reformasi merupakan suatu upaya untuk mengadakan pembaharuan dalam
Gereja Katolik Roma. Kami sangat setuju dengan upaya reformasi karena dengan
demikian Gereja Katolik Roma (khususnya para pemimpin) menyadari tindakan
mereka sehingga dapat terwujud pola atau cara hidup yang sesuai dengan amanat
Kristus.
Akan
tetapi, kami tidak setuju dengan pemikiran pokok para reformator.Luther
memandang bahwa keselamatan manusia adalah semata-mata kasih karunia Allah (sola gratia).Sementara Calvin menekankan
usaha manusia untuk sampai pada keselamatan.Zwingli menentang upacara perjamuan
kudus.Menurut kami keselamatan memang anugerah Allah tetapi membutuhkan usaha
konkret manusia untuk menanggapinya.Kami juga melihat bahwa di dalam ekaristi sungguh
terjadi peristiwa transubstansiasi (roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah
Kristus), bukan hanya sekedar simbol belaka.
Penutup
Reformasi
protestantisme lahir dari tuntutan yang sangat kompleks dan pelik.Reformasi
muncul tidak semata-mata karena merosotnya kualitas moral dan ketidakdisiplinan
para rohaniwan, melainkan demi menghapus kepercayaan sia-sia para reformator
terhadap para pemimpin gereja.Upaya yang dilakukan Luther hendak mengangkat
pembaruan dalam gereja, yang tidak saja menyangkut adat atau kebiasaan, tetapi
juga menyangkut dogma serta struktur gerejawi.Gereja akhirnya menyadari segala
kekurangannya sehingga berupaya untuk menciptakan sebuah cara hidup yang lebih
baik.
Catatan Kaki
[1] Ensiklopedi Gereja (Jilid:5), Jakarta,
hlm. 2867.
2Ibid., hlm. 2867.
3 A. Heuken, Ensiklopedi Gereja (Jilid:5), Jakarta, 2005. hlm. 2782
4Op.cit.
hlm. 2867.
5 Eddy Kristyanto, Reformasi dari Dalam (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 42.
6Ibid., hlm. 22-43
7Ibid., hlm. 43.
8Ibid., hlm. 43
9Ibid., hlm. 43.
[1]0Ibid., hlm. 47.
[1]1 C. de Jonge, Pembimbing
Ke Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), hlm.72-74.
[1]2 H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1988), hlm. 144.
[1]3 A. Heuken, ensiklopedi gereja (Jakarta: Cipta Loka
Caraka, 1991), hlm. 191.
[1]4 De Jonge,
op.cit, hlm. 76.
[1]5 Richard P. Mcbrien, 101 Tanya Jawab Tentang Gereja (Jakarta: Obor, 1999), hlm. 61.
Daftar Pustaka
Berkhof,
H. dan H. Enklar.Sejarah Gereja.
Jakarta: Gunung Mulia, 1988.
De
Jonge, C. Pembimbing ke dalam Sejarah
Gereja. Jakarta: Gunung Mulia, 1991.
Heuken,
A. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta
Loka Caraka, 1991.
Kristiyanto,
Eddy. Reformasi dari Dalam.
Yogyakarta: Kanisius, 2004.
McBrien,
P. Richard. 101Tanya Jawab Tentang Gereja(diterjemahkan
oleh A.S. Hadiwiyata). Jakarta: Obor, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar