Selasa, 10 November 2015

LATAR BELAKANG REFORMASI PROTESTANTISME

 Disusun oleh:

Benediktus Nama Koro Kaha 0203203210
Celtus Jabun                                        0203303210
Geraldine Andriani     S.                     0207810110   
Heriardus Riu Bere                             0204103210   
Melkiades Eric Sanggaria                   0204903210   







Ujian Akhir Semester
Sejarah Agama Kristiani II
Prof. Dr. Eddy Kristiyanto, OFM

stfdriyarkara.jpg
STF Driyarkara 2011
Pengantar

Reformasi adalah nama yang diberikan bagi revolusi dalam agama Kristen di Eropa pada abad ke-16 yang disertai aspek politis, nasionalisme, kekacauan di bidang ekonomi, kelemahan kepausan dan keadaan gereja Katolik Roma yang sangat memrihatinkan.Hal tersebut bermula dalam bentuk gerakan untuk menuntut perbaikan dalam kondisi internal Gereja Katolik Roma.1Reformasi dimulai ketika Martin Luther menempelkan 95 dalil yang berisi pandangannya tentang doktrin kepercayaan Gereja Katolik Roma pada pintu gereja Wittenberg pada 31 Oktober 1517.2
Nama Protestan (dari protestatio = sanggahan, bahasa Latin) berasal dari “protes” yang dilancarkan oleh pangeran-pangeran Jermanyang mendukung reformasi. Mereka melawan keputusan mayoritas pada waktu sidang dewan kekaisaran ke-2 di kota Speyer (1529), yang melarang meluasnya reformasi. Kedua aliran pokoknya adalah Gereja Lutheran dan Gereja Calvinis.3
Reformasi Protestan dapat dibedakan menjadi dua, yakni reformasi dalam arti sempit dan reformasi dalam arti luas.Dalam arti sempit reformasi Protestan menunjuk pada usaha Martin Luther (1483-1546) yang ingin membentuk kembali keadaan gereja Katolik yang telah mengalami kemerosotan, agar menjadi lebih baik menurut bentuk yang semestinya.Dalam arti luas reformasi mencakup gerakan-gerakan pembaharuan dalam gereja Katolik sebelum Luther.Tokoh-tokohnya adalah John Wycliffe, John Huss, Marcilus, William Ockham dan para humanis lainnya.
Gerakan untuk menuntut perbaikan dalam tubuh Gereja Katolik Roma pada abad ke-14 di Inggris dipimpin oleh John Wycliffe danpada abad ke-15 di Praha, Bohemia oleh John Huss.Gerakan itu cepat meluas karena di satu pihak kepausan di Roma kehilangan kewibawaan karena pembuangan Paus ke Avignon, Perancis Selatan (1305-1377).Selain itu terjadi perpecahan besar antara gereja dan penguasa negara yang berlangsung selama 50 tahun.Pergerakan itu dikobarkan oleh timbulnya humanisme yang dijiwai Renaissance. Gerakan itu dipercepat dan diperluas oleh penemuan mesin cetak – percetakanbuku.4
Pada tahun 1520 Zwingli mulai mempropagandakan berbagai pembaharuan.Pada dasarnya Zwingli berbeda pandangan dengan Luther.Menurut Luther bentuk-bentuk gereja yang lama boleh dipakaiasal isinya berubah, sedangkan Zwingli menuju perubahan yang total dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Pada tahun 1536 Jean Calvin (1509-1564) memimpin gerakan reformasi dan mendirikan Gereja Reformasi (Reformation Church) di Geneva.Ia dianggap sebagai ulama reformasi terbesar. Ajaran Calvinis sangat besar pengaruhnya sehingga di Perancis kaum Hugenot yang dikobarkan semangat Calvin menentang kaum Katolik Roma yang jauh lebih besar jumlahnya, sehingga Henry IV terpaksa mengeluarkan Undang-Undang Nantes (Edict of Nantes) pada tahun1598.

Latar Belakang Reformasi Protestantisme

Ada beberapa alasan munculnya gerakan reformasi protestantisme:
1.      Nasionalismedan Bangkitnya Negara-negara Nasional
Nasionalisme yang dimaksudkan disini adalah tumbuhnya kesadaran sebagai nasion dari sejumlah bangsa (yang berarti negara-negara) di benua Eropa.5 Adanya usaha untuk melepaskan diri dari kekuasan yang menindas – kekuasanyang dimaksud adalah penjualbelian suratindulgensi. Selain itu ada juga usaha penolakan pemungutan pajak dalam rangka pembangunan Basilika St. Petrus di Roma serta mau memperlihatkan otoritas dan otonomi.
Hal ini berarti juga bahwa pemerintah lokal berkepentingan memungut pelbagai macam pajak demi kepentingan dan tujuan kenegaraan. Dalam proses semacam ini kepausan dipandang sebagai kekuaatan ekstranasional yang merintangi terbentuknya bangsa dan negara. Sementara itu perpajakan yang digalakkan selama kurun waktu paus menetap di Avignon (1305-1377) dianggap sebagai gandar yang diletakkan di atas bahu negara-negara.Dalam arti tertentu pemberian pajak berarti pengakuan atas supremasi kepausan terhadap negara-negara. Oleh karena itu, khususnya di Inggris dan Jerman reformasi berkembang dalam terminologi nasionalistis dan menentang pretensi-pretensi ekstra nasionalistis kepausan.6
2.      Ketidakpuasan dan Kekacauan di Bidang Ekonomi
Pada kurun waktu reformasi, jumlah penduduk Eropa sekitar 65 hingga 80 juta jiwa.Sistem ekonomi yang berlaku adalah kapitalisme.Kaum borjuis yang sering dianggap sebagai pelaku ekonomi kapitalis berkembang di kota-kota.Kaum borjuis memegang kendali paus dalam bidang usaha.Peraturan cenderung ke golongan penguasa sehingga menyebabkan rakyat tidak sejahtera.Rakyat biasa hanya menjadi “sapi perah” dan hanya memiliki kewajiban.Sistem ekonomi yang demikian membawa dampak negatif bagi masyarakat. Selain itu, timbul ketidakpuasan dan kesenjangan dalam masyarakat.7
3.      Kelemahan Kepausan
Terjadi kelangkaan karakter dan spirit dalam tubuh gereja. Pemimpin-pemimpin gereja mempunyai minat pada karya seni, sehingga banyak dana dihabiskan untuk mewujudkan impiannya. Ada sinyalemen yang memperlihatkan bahwa sejak tahun 1300 suksesi dalam rangka kepausan mencapai ambang kejenuhan. Sejumlah peristiwa membuktikan sinyalemen tersebut, misalnya masa kepausan di Avignon (1305-1377), skisma besar gereja barat – ketikadalam kurun waktu yang sama gereja dipimpin oleh tiga paus secara serentak (1378-1471), konsiliarisme (1409-1460), gagasan-gagasan para reformator yang sangat berjasa – sepertiWycliffe dan Huss, para paus yang berpola hidup borjuis dan ancaman penduniaan (1455-1503).8
Para pemimpin gereja sibuk mengurus barang-barang atau karya seni. Mereka membiarkan lewat begitu saja reformatio in capite et membris (pembaruan dalam diri pimpinan dan anggota gereja) yang sudah diserukan dalam konsili Konstanz (1414-1417) di Jerman. Lebih buruk lagi kualitas dan moral para prelat dan hierarki dalam tata pemerintahan Kuria Roma.
Kemerosotan moral para pemimpin gereja tidak dapat disangkal. Situasi semacam ini menimbulkan sikap pemberontakan terhadap lembaga gereja yang dipimpin oleh orang-orang yang tidak becus dan bermoral bejat.9
4.      Keadaan Gereja Roma yang Sangat Memrihatinkan
Kaum klerus khususnya para pejabat tingginya (abas, prelat, Uskup, Kardinal dan Paus) tidak peka terhadap keadaan masyarakat waktu itu.Mereka mengejar kepentingan duniawi, memajukan kesenian dan sastra serta memikirkan sanak saudara (nepotisme), korupsi dan komersialisasi jabatan gerejani, membuat orang baik dan saleh pun hampir putus asa.Banyak pejabat Gereja menjadi pangeran duniawi dan melalaikan tugas rohani mereka.Keadaan seperti ini sudah cukup lama terjadi.Dalam keadaan seperti ini, muncullah para birokrat dan kanonik yang menguasai panggung Gereja. Mereka lebih berminat pada disiplin dan tata tertib gerejawi ketimbang diskursus teologis.10

Kritik Luther, Calvin dan Zwingli Terhadap Gereja Katolik Roma

1.      Luther
Kritik Luther pada waktu itu diarahkan pada dua hal dan mengandung dua unsur.Pertama,ia menolak anggapan seolah-olah manusia dengan pertolongan sakramen-sakramen yang dilayankan oleh gereja dan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diperintahkan oleh gereja, dapat menjadikan dirinya layak untuk menerima keselamatan.Menurut Luther manusia adalah orang berdosa yang hanya melawan Allah.Oleh karena itu keselamatan manusia adalah semata-mata kasih karunia Allah (sola gratia – hanyaoleh kasih karunia saja manusia diselamatkan), sedangkan manusia tidak dapat berbuat apa-apa selain percaya (sola fide – hanyaoleh iman saja) untuk mendapat bagian dalam keselamatan itu.
Kedua,ia juga menolak pendapat bahwa gereja berhak menentukan tafsiran alkitab yang benar, dengan mengukur tafsiran menurut tradisi gereja (yang terdiri atas keputusan konsili-konsili dan para paus, tulisan para teolog dari gereja kuno, yang disebut bapa-bapa gereja). Bukan tradisi yang mengukur Alkitab, melainkan Alkitab yang mengukur tradisi dan segala sesuatu yang dikatakan dan dibuat oleh gereja.Menurut Luther Alkitab adalah satu-satunya ukuran iman dan bersifat mutlak (sola scriptura).
Pandangan-pandangan yang dikemukakan Luther tidak diterima oleh paus karena ia mengurangi peranan gereja sebagai lembaga yang mengantar manusia kepada keselamatan. Gereja – yangdikepalai oleh paus sebagai wakil Kristus – dilihatsebagai syarat mutlak menerima keselamatan, sebab gerejalah yang menyalurkan keselamatan melalui sakramen-sakramen dan yang menetapkan ajaran yang benar.
Dengan ditekankannya oleh Luther inisiatif Allah dalam menyelamatkan manusia, maka seakan-akan etika diruntuhkan.Perbuatan baik (amal) yang ditugaskan oleh gereja kepada orang-orang percaya guna menyiapkan mereka untuk menerima keselamatan, tidak lagi merupakan syarat untuk memerolehnya.Walaupun demikian Luther tidak melarang berbuat baik, malah mendorong orang-orang percaya untuk melakukan perbuatan untuk berterima kasihkepada Allah karena keselamatan yang telah dikaruniakanNya. Akan tetapi, ajaran tentang sola gratia dan sola fide dilihat sebagai bahaya besar untuk tingkah laku manusia.11

2.      Zwingli
Zwingli menentang upacara perjamuan kudus.Ia diyakinkan oleh Cornelis Hoen bahwa perjamuan kudus harus diartikan secara kiasan atau lambang saja. Misalnya, Yesus mengatakan “inilah tubuh-Ku”, maka maksud Tuhan tak lain dari menyatakan bahwa roti itu adalah kiasan tubuh-Nya. Ia juga menentang pemakaian patung-patung dan gambar-gambar di dalam gereja, hal imam tidak beristri, kedudukan paus, hidup dalam biara dan menyokong keras pendirian pertanggungjawaban pribadi atas perbuatan mengenai kepercayaan.12

3.      Calvin
Pandangan Calvin agak berbeda dengan Luther. Calvin menekankan usaha manusia untuk sampai pada keselamatan. Menurutnyakitab Injil adalah satu-satunya sumber hukum Tuhan dan kewajiban umat manusia menafsirkannya dan memelihara ketertiban dunia.Ia mengatakan bahwa penebusan dosa hanya untuk orang yang dipilih oleh Tuhan, artinya hanya dengan kehendak Tuhan orang dapat dihukum atau diselamatkan; karunia Tuhan tidak dapat diperoleh dengan pekerjaan baik. Dia juga sangat menjunjung tinggi gagasan “Soli Deo Gloria”atau kedaulatan mutlak Allah.Dia mengatakan bahwa keselamatan manusia ditentukan oleh Allah. Oleh karena itu Calvin mengembangkan ajaran tentang takdir atau kepastian keselamatan orang-orang yang terpilih.13

Tanggapan Gereja Katolik Roma Terhadap Reformasi

Ajaran Luther diterima oleh cukup banyak orang dan di mana-mana timbul kelompok-kelompok yang hidup sesuai dengan ajaran reformasi.Oleh karena ituGereja Katolik Rorna mencari jawaban terhadap tantangan ini.Jawaban ini disebut Kontrareformasiatau khusus di kalangan ahli-ahli sejarah Gereja Katolik Roma disebutReformasi Katolik. Kedua nama ini sebenarnya tepat. Pada satu pihak, Gereja Katolik Roma melawan ajaran Protestan, sehingga jawaban ini bersifat anti dan kontra Reformasi. Akan tetapi, di samping itu juga diusahakan memperbaiki atau mereformasi kehidupan dan ajaran Gereja Katolik Roma.14

Jawaban Gereja Katolik Roma adalah:

1.      Didirikan ordo rohani yang baru, yaitu ordo Yesuit (Societas Jesu, Serikat Yesus) pada tahun 1540.15Anggota-anggotanya merupakan kader atau pelopor kontrareformasi. Mereka menjadi pemimpin-pemimpin Gereja Katolik Roma yang memberikan semangat baru. Mereka sangat memerhatikan perkembangan ilmu teologi yang dimulai oleh Renaissance.Dengan demikian mereka menjadi mampu untuk melawan ajaran Protestan dalam tulisan-tulisan mereka. Selain itu, ordo Yesuit mulai menyebarkan imam Katolik ke daerah-daerah di luar Eropa dan anggota-anggotanya menjadi misionaris.

2.      Konsili Trente (1545-1563) dipanggil untuk berkumpul dengan dua tujuan, yaitu menetapkan kembali ajaran Gereja Katolik Roma secara anti-Protestan, artinya sambil menolak ajaran Reformasi dan menetapkan apa yang harus dibuat untuk memperbaiki serta mereformasi Gereja Katolik Roma. Mengenai ajaran, pertama-tama diputuskan bahwa membuat amal-amal tetap perlu untuk menerima keselamatan sebagai kasih karunia Allah, sedangkan ajaran reformasi mengenai sola gratia dan sola fide ditolak.

Tanggapan Kritis 

Pada dasarnya Reformasi merupakan suatu upaya untuk mengadakan pembaharuan dalam Gereja Katolik Roma. Kami sangat setuju dengan upaya reformasi karena dengan demikian Gereja Katolik Roma (khususnya para pemimpin) menyadari tindakan mereka sehingga dapat terwujud pola atau cara hidup yang sesuai dengan amanat Kristus.
Akan tetapi, kami tidak setuju dengan pemikiran pokok para reformator.Luther memandang bahwa keselamatan manusia adalah semata-mata kasih karunia Allah (sola gratia).Sementara Calvin menekankan usaha manusia untuk sampai pada keselamatan.Zwingli menentang upacara perjamuan kudus.Menurut kami keselamatan memang anugerah Allah tetapi membutuhkan usaha konkret manusia untuk menanggapinya.Kami juga melihat bahwa di dalam ekaristi sungguh terjadi peristiwa transubstansiasi (roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus), bukan hanya sekedar simbol belaka.

Penutup

Reformasi protestantisme lahir dari tuntutan yang sangat kompleks dan pelik.Reformasi muncul tidak semata-mata karena merosotnya kualitas moral dan ketidakdisiplinan para rohaniwan, melainkan demi menghapus kepercayaan sia-sia para reformator terhadap para pemimpin gereja.Upaya yang dilakukan Luther hendak mengangkat pembaruan dalam gereja, yang tidak saja menyangkut adat atau kebiasaan, tetapi juga menyangkut dogma serta struktur gerejawi.Gereja akhirnya menyadari segala kekurangannya sehingga berupaya untuk menciptakan sebuah cara hidup yang lebih baik.       






Catatan Kaki

[1] Ensiklopedi Gereja (Jilid:5), Jakarta, hlm. 2867.
2Ibid., hlm. 2867.
3 A. Heuken, Ensiklopedi Gereja (Jilid:5), Jakarta, 2005. hlm. 2782
4Op.cit. hlm. 2867.
5 Eddy Kristyanto, Reformasi dari Dalam (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 42.
6Ibid., hlm. 22-43
7Ibid., hlm. 43.
8Ibid., hlm. 43
9Ibid., hlm. 43.
[1]0Ibid., hlm. 47.
[1]1 C. de Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), hlm.72-74.
[1]2 H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), hlm. 144.
[1]3 A. Heuken, ensiklopedi gereja (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1991), hlm. 191.
[1]4 De Jonge, op.cit, hlm. 76.
[1]5 Richard P. Mcbrien, 101 Tanya Jawab Tentang Gereja (Jakarta: Obor, 1999), hlm. 61.












Daftar Pustaka

Berkhof, H. dan H. Enklar.Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia, 1988.
De Jonge, C. Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia, 1991.
Heuken, A. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1991.
Kristiyanto, Eddy. Reformasi dari Dalam. Yogyakarta: Kanisius, 2004.

McBrien, P. Richard. 101Tanya Jawab Tentang Gereja(diterjemahkan oleh A.S. Hadiwiyata). Jakarta: Obor, 1999. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar