Selasa, 10 November 2015

PERANAN MUSIK DALAM LITURGI



Peranan penting musik liturgi dalam Vatikan II dirumuskan secara sistimatis bahwa musik bukanlah hanya sebagai tempelan agar liturgi menjadi lebih meriah, melainkan musik benar-benar sebagai bagian liturgi sendiri, yakni bagian liturgi yang penting dan integral (bdk. SC 112). Nyanyian kudus misalnya merupakan bagian dari Doa Syukur Agung sendiri yang secara mutlak harus ada.
Justru karena musik merupakan bagian liturgi sendiri, musik harus digunakan dan diadakan dalam rangka perayaan liturgi. Dalam istila tajam, musik harus melayani liturgi. Suatu pertunjukan orkes music yang amat indah, mengharukan dan membuat orang menangis tersedu-sedu dalam perayaan Ekaristi belum tentu merupakan  musik liturgi yang baik. Sebaliknya, suatu koor umat, dalam mana umat menyanyikan dengan gembira dan bersemangat, dengan seluruh jiwa raganya – walaupun lagunya hanya itu-itu saja belum tentu merupakan musik liturgi yang jelak. Criteria utama musik liturgi disini ialah bagaimana suatu lagu dan musik dapat membantu orang dalam berliturgi, yaitu berjumpa dengan Tuhan dan sesamanya.


PENGAMATAN SAYA SELAMA INI DI PAROKI STa. ANNA
Sejauh yang selama ini saya amati di paroki STa. Anna ternyata bahwa musik dalam perayaan liturgi khususnya dalam perayaan Ekaristu itu masih sangat kontrafersial. Artinya bahwa musik liturgi itu masih sangat di butuhkan namun di sisi lain umat tidak menginginkannya. Dua hal ini antara lain; yang pertama musik itu sangat dibutuhkan karena saat perayaan ekaristi berlangsung koor selalu ditemani dengan musik. Hal ini tidak pernah tidak terjadi karena yang pernah saya saksikan sendiri pada suatu hari minggu dimana koor yang bertanggung jawab saat itu pemusiknya sakit dan tidak bisa hadir, namun teman-teman anggota koor yang lainnya tidak diam begitu saja tetapi mereka lalu mencari dan meminta bantuan dari umat lain yang hadir saat itu. Karena itulah maka saya berani mengatakan bahwa di paroki STa. Anna masih sangat membuthkan musik dalam berliturgi. Atau misik masih berperan penting dalam liturgi di paroki STa. Anna.
Sedangkan yang kedua umat lainnya tidak menginginkan musik dalam liturgi terkhusus dalam perayaan ekaristi. Hal ini terlihat dalam bagian tata perayaan ekaristi dimana umat lain merasa bosan dan bahkan jengkel dengan imam yang bila memimpian perayaan ekaristi menyanyikan bagian-bagian yang dalam buku tata perayaan ekaristi itu dinyanyikan. Hal ini kadang kala membuat umat bersungut-sungut dan merasa bosan. Bahkan ada umat yang mengatakan “pd bangat nyanyinya tapi jelek juga suaranya”.
Dari kedua hal ini saya menyimpulkan bahwa di paroki STa. Anna masih minim pemahanman umat tentang musik liturgi.  Mengapa minim, karena pemahaman umat yang begitu sempit dengan musik liturgi itu sendiri. Maksudnya adalah umat melihat bahwa bila dalam perayaan ekaristi semuanya dinyanyikan hal itu hanyan menyita waktu saja dan menbosankan.
REFLEKSI
Merujuk dari kutipan buku diatas bahwa musik liturgi merupakan hal yang sangat penting dalam berliturgi. Artinya bahwa sebagai manusia kita tidak bisa melepaskan diri dari musik. Karena tidak ada satu kelompok pun yang tidak mengenal musik. Musik selalu menjadi bagian ungkapan  atau alat bantu untuk komunikasi manusia. Karena apa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata dapat disampaikan melalui musik. Musik benar-benar bagian simbolisasi manusia. Itulah sebabnya, gereja menggunakan musik sebagai salah satu bentuk ungkapan perayaan iman.
Tetapi jika saya melihat prolem yang terjadi di paroki STa. Anna yakni tentang musik liturgi, saya melihat bahwa hal tersebut terjadi karena keadaan atau tempat yang tidak memdukung bagi umat. Artinya bahwa secara realita utam yang ada di Jakarta khususnya kebanyakan lebih sibuk dengan pekerjaan bahkan lebih mengutamakan pekerjaan. Sehingga bila dihadapkan dengan hal seprti ini, mereka merasa bahwa waktu mereka tersita dan terbuang begitu saja tanpa mendapatkan apa-apa.

Untuk mengatasi masalah ini maka umat harus lebih dikenalkan dengan liturgi agar dapat mengerti dam memehami arti liturgi yang sebenarnya. Artinya bahwa umat harus mendapat suatu pelajaran yang khusus tentang liturgi pada umumnya agar dapat mengetahu bahwa liturgi merupakan ungkapan hati antara manusia dan tuhan dan antar sesamas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar