Kamis, 12 November 2015

Mengikuti Jejak Kristus




          Thomas à Kempis adalah seorang mistikus Kristen terkenal dari Abad Pertengahan. Nama aslinya adalah Thomas Hemerken. Ia lahir di Kempen, dekat kota Koln, pada tahun 1379. Dari situlah ia mendapat nama Thomas à Kempis. Kempis memiliki banyak tulisan, namun yang paling terkenal adalah Imitasi Kristus (dalam bahasa Latin Imitatio Christi). Arti dari buku tersebut adalah mengikuti Kristus. Buku ini terdiri dari empat jilid dan termasuk karya klasik yang paling digemari. Pada akhir abad ke-15, buku ini sudah mengalami 99 kali cetak ulang. Kempis meninggal pada tahun 1471. Isi dari buku pertama adalah mengenai kehidupan di biara, sedangkan isi buku keempat adalah tentang Perjamuan Kudus. Buku kedua dan ketiga berisi kehidupan batin dan kerohanian Kristen. Nada dasar buku itu mengajak pembaca untuk mawas diri dan rendah hati, berdisiplin, serta mempercayakan diri kepada Allah.
Pada bagian ini saya akan merefleksikan buku pertamanya yakni tentang nasihat-nasihat hidup rohani khususnya pad pasal XIII tentang hal menolak godaan. Dalam  pasal tersebut, Thomas a kempis mengatakan bahwa Selama kita hidup di dunia ini, tak mungkin kita luput atau bebas dari penderitaan dan godaan.
Oleh sebab itu tertulislah dalam kitab Ajub: Percobaan adalah hidup manusia di atas dunia (Ajub 7.1).

Oleh karena itu setiap orang wajib waspada terhadap godaan-godaan dan berjaga-jaga serta berdoa, agar supaya setan yang tidak pernah tidur melainkan berkeliling serta mencari siapa yang dapat ditelannya (I Petr. 5,8) tidak mendapat kesempatan untuk memperdayakannya.

Tak ada seorangpun yang sempurna dan suci, sehingga dia tidak pernah digoda. Tak mungkin kita terlepas sama sekali daripada godaan.
 Tetapi godaan-godaan itu biarpun sukar dan berat, seringkali sangatlah berguna bagi manusia sebab karena semua itu manusia menjadi rendah hati, bersih, lagi pula menerima pelajaran.

Semua orang kudus telah mengalami banyak percobaan serta godaan dan oleh karena itu mereka memperoleh perkembangan rohani. Mereka yang tidak kuat mengadakan perlawanan terhadap godaan telah terbuang dan hanyut.

Tak ada satupun ordo (konggregasi) yang begitu suci, atau tempat yang begitu terpencil dan sunyi, sehingga di situ orang bebas dari godaan dan kesushan hidup.
Selama manusia hidup di dunia ini, selama itu tiada pernah dia bebas dari godaan. Sebab godaan itu bersumber di dalam diri kita sendir: karena manusia dilahirkan di dalam keinginan daging.
Baru saja godaan yang satu berlalu, maka sudah muncullah percobaan yang lain, dan begitu terus menerus ada-ada saja yang kita alami, karena hak menikmati keadaan bahagia yang mula kita miliki sudah lenyap.

Banyak orang yang berusaha menghindari percobaan-percobaan itu, tetapi akibatnya dia justru malah jatuh lebih dalam tertimpa godaan-godaan tersebut.
Dengan jalan menghindar saja, kita tak akan menang. Tetapi dengan sabar dan rendah hati yang sesungguhnya kita akan menguasai semua musuh kita.
Barangsiapa hanya lahirnya saja menyingkirkan kejahatan, tetapi tidak memberantasnya sampai ke akar-akarnya, maka dia hanya sedikit mencapai kemajuan, malahan godaan akan lebih cepat menyerangnya kembali dan dia akan merasa lebih menderita.

Dengan perlahan-lahan, dengan penuh kesabaran dan ketenangan hati, serta dengan pertolongan Allah, kita akan lebih mudah dapat mengalahkan musuh-musuh kita, daripada dengan kekerasan dan kebengisan terhadap diri kita sendiri.
Hendaklah kita seringkali minta nasihat, bila kita sedang di serang godaan-godaan dan janganlah kita bertindak keras terhadap mereka yang sedang mengalami percobaan, tetapi hiburlah mereka itu seperti kita sendir ingin diperlakukan oleh orang lain.

Pangkal segala kejahatan pada godaan itu terletak pada ketidak tentraman batin kita dan pada kurang kepercayaan kita akan Tuhan.
Sebab ibarat sebuah kapal yang tak berkemudi terombang-ambing oleh gelombang kesana-kemari, demikian pulalah orang yang lemah dan kurang tenang, serta tidak sanggup meneruskan maksudnya, terjerat dalam pelbagai godaan. Api menguji besi dan godaan menguji orang yang saleh.
Kita tidak mengetahui kekuatan kita, tetapi percobaan menunjukkan sampai dimanakah kesanggupan kita.
Oleh karena itu kita harus waspada, lebih-lebih pada permulaan godaan. Sebab demikian musuh akan lebih mudah dikalahkan, bila ia sama sekali tidak kita perbolehkan memasuki pintu gerbang jiwa kita, tetapi segera kita usir ketika dia mengetuk pintu.
Seorang pujangga pernah menulis sebagai berikut: “Dari awal adakanlah perlawanan yang pesat, sebab datangnya obat akan terlambat bila karena terlalu lengah penyakit telah menjadi payah” (Ovid. De Remed. II, 91).
Mula-mula di dalam hati kita memang hanya timbul sebuah pikiran biasa saja, kemudian dengan giat muncullah angan-angan kita, selanjutnya rasa lezat, lalu keinginan jahat, dan pada akhirnya persetujuan kita.
Demikianlah lambat-laun musuh yang jahat itu akan menguasai jiwa kita seluruhnya, jika pada permulaan dia tidak segera kita lawan. Dan makin lama orang melalaikan perlawanan, semakin lemahlah keadaan batinnya, sebaliknya semakin kuatlah kedudukan si musuh.
          Sementara orang menderita godaan paling hebat pada waktu permulaan bertobatnya kepada Tuhan, sedangkan orang lain pada akhir hidupnya. Orang lain lagi selama hidupnya seakan-akan selalu mengalami penderitaan digoda dan dicoba.
Tetapi ada juga orang yang hanya mengalami percobaan yang ringan. Itu semua sesuai dengan kebijaksanaan dan keadilan Tuhan. Sebab Tuhanlah yang menimbang-nimbang kekuatan dan jasa masing-masing orang dan mengatur semuanya, untuk kebahagiaan orang-orang yang dipilihNya.
Karena itu tak usalah kita putus asa, bila kita mendapat percobaan; tetapi hendaklah kita lebih giat berdoa kehadirat Tuhan, agar Tuhan sudi membantu kita dalam sebala cobaan. Sebab menurut kata-kata St. Paulus: “Dengan adanya godaan Ia juga akan memberi jalan untuk keluar (1 Kor. 10.13), hingga kita tetap dapat berdiri.
Hendaklah kita merendahkan diri kita di bawah pimpinan Tuhan, bila kita menderita godaan dan percobaan: sebab Tuhan akan menolong mereka yang rendah hati dan memuliakanNya.
 Dalam godaan dan cobaan orang diuji sampai di mana ia telah mencapai kemajuan, karena itu ia mendapat lebih banyak anugerah dan tampak lebih terang kebajikannya.
Bukanlah hal yang luar biasa, bila seorang tinggal saleh dan bernyala-nyala kerajinannya selama ia tidak mengalami kesukaran-kesukaran, tetapi apabila di dalam waktu percobaan ia tetap tinggal sabar, maka sungguh ada harapan baginya, bahwa ia akan mengalami pertumbuhan rohani yang subur.
Sementara orang terhindar dari godaan-godaan yang besar, tetapi seringkali mereka itu mengalami kekalahan dalam perkara yang kecil-kecil dalam hidupnya sehari-hari. Hal ini maksudnya agar dalam menghadapi hal-hal yang kecil itu mereka tetap rendah hati dan dalam mengalami soal yang besar-besar mereka sekali-sekali tidak akan percaya kepada kekuatan diri sendir, sebab dalam yang yang kecil-kecil saja telah terbukti, bahwa mereka mengalami kekalahan.

Itulah yang dikatakan oleh Thomas. Begitu banyak godaan yang saya dapatkan dalam hidup ini. Baik itu yangn kadarnya tendah maupun yang begitu berat. Apalagi ktika saya memilih untuk menempuh jalan dalam hidup membiara. Namun sebagaimana yang dikatakn oleh Thomas begitu pula yang terjadi dengan saya. Godaan-godaan tersebut menjadi pelajaran yang berguna bagi saya dan tentunya njuga bagi orang lain. Ketika pertama kali memilih untuk masuk CICM, saya berpikir untuk sama sekali tidak melamar untuk masuk  dalam jalan tersebut. Hal utama yang mengganggu pikiran saya adalah bagaimanakah jika suatu saat nanti saya dikeluarkan? Sebenarnya hal ini merupakan hal sepeleh bagi orang lain tetapi tidak bagi saya. Baik orang tua mauoun keluarga saya yang lainnya sangat mendukung bahkan memperingatkan saya agar terus berjalan di jalan ini. Hal yang saya takutkan adalah apakah mereka akan tetap menerima saya sebagaimana biasanya apabila suatu saat nanti saya dikeluarkan dari biara?
Namun, seiring perjalanan waktu, oemikiran tentang dikeluarkan dan ditolak oleh keluarga dilupakan karena saya bahagia dengan kehidupan saya yang sekarang dan saya sangat menikmaati dalam hidup membiara. Namun, godaan demi godaan semakin banyak yang datang. Ketika saya mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan OMK, sebagaiamana manusia pada umumnya, saya mulai tertarik pada seorang lawan jenis. Bahayanya bahwa ia juga menyatakan hal yang demikian. Hal inilah yang menjadi factor utama yang membuat saya berpikir lebih dalam lagi tentang panggilan hidup saya yang sebenarnya.
Dulu, saya sering mengatakan kepada teman-teman yang tertarik kepada kaum hawa bahwa, ingat kita lebih dahulu mengenal CICM daripada perempuan-perempuan yang baru kita kenal sekarang. Tetapi ketika saya mengalaminya, (tertarik kepada lawan jenis) pikiran saya pun berubah menjadi sebuah pertanyaan besar, mungkinkah Tuhan mengantar saya masuk ke dalam CICM untuk bertemu dengan si dia? Karena bagaimanapun juga saya tidak akan bertemu dengan dia apabila saya tidak menginjakkan kaki di Jakarta bersama dengan CICM. Bersamaan dengan perasaan galau akan pilihan ini, muncullah rasa bersalah dalam diri saya akan CICM. Begitu besar peran CICM dalam pendidikan saya tetapi inikah balasan saya, meninggalkan CICM begitu saja dan berpaling kepada si dia yang baru saya kenal setelah mengenal CICM?
Itulah godaan terbesar dalam menjalankan hidup membiara bagi saya. Jika waktu bisa berputar kembali maka saya akan memilih untuk tidak berkenalan dengan dia. Tetapi muncul lagi pemikiran lainnya. Apakah jiak, saya tidak mengenal kaum hawa lantas matangkah panggilan saya ini, bagaimana jadinya ketika sudah menjadi imam baru saya mengalami jatuh Cinta? Akhirnya kembali kepada nasihat Thomas a Kempis bahwa godaan-godaan tersebut menjadikan saya lebih dewasa. Apabila saya dapat melewati godaan tersebut maka merupakan suatu keajaiban besar dalam hidup saya. Jika memang tidak bisa saya hadapi maka saya hanya berharap agar Tuhan senantiasa menuntun saya untuk hidup yang benar dan menjalankan apa yang menjadi ajaran-Nya.







Sumber Acuan:


Kempis, Thomas a. Mengikuti Jejak Kristus. Jakarta: Obor. 2001. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar